Minggu, 10 Oktober 2010

Pelayanan Standar Penumpang Puas

YANG diinginkan konsumen khususnya Komunitas KRL Mania bukanlah pelayanan yang prima. Komunitas hanya  berharap mereka mendapatkan standar pelayanan minimum (SPM) ketika menggunakan jasa KRL          Jabodetabek. Aman, nyaman dan  tepat waktu. “Kalau ada keterlambatan, segera diumumkan. Kalau ada masalah konsumen segera diberi tahu,“ kata  Agus Imansyah, Koordinator Komunitas KRL Mania.
Makin lama pelayanan KRL  terus ditingkatkan. Kini, kelas ekonomi juga ber-AC. Tentu adanya peningkatan fasilitas ini tarif pun disesuaikan. Tarif Kereta Ekonomi ber-AC sejak tahun 2007 sama untuk jarak dekat/jauh yakni Rp 5.500 dan berhenti di tiap stasiun yang dilintasi. Kereta Ekspres hanya berhenti di stasiun tertentu.

Sumber Koran Tokoh dari Humas PT KAI Commuter Jabodetabek yang berkantor di Stasiun Juanda menyebutkan, mulai April, KRL AC Ekonomi akan mendapatkan tambahan 4 kereta baru dari Jepang. Kereta baru tetapi bekas, namun kondisinya masih bagus.

Kereta bekas yang sudah dioperasikan selama ini diposisikan bukan sebagai kereta kelas ekonomi biasa tetapi kelas AC Ekonomi,  bahkan ada pula kelas ekspres. Pengguna kereta tentu berharap, kendala perjalanan bisa lebih diminimalisir. Jika ada kerusakan teknis, bisa segera diperbaiki. Sebab, gangguan perjalanan KRL Jabodetabek ini akan berakibat telantarnya penumpang yang jumlahnya puluhan ribu. Lebih-lebih di jurusan padat seperti Jakarta-Bogor lebih dari 100 ribu penumpang per hari dari keseluruhan penumpang KRL Jabodetabek sebanyak 400 ribu.  Jika terjadi kendala perjalanan, penumpang yang tinggal di daerah penyangga Ibu Kota ini bisa pulang kerja dini hari karena bus dan angkutan lainnya tak cukup menerima pengalihan warga yang biasa naik kereta api. 

Kepala Stasiun Sudirman Octriwansyah mengatakan, keberadaan Komunitas KRL Mania diharapkan bisa memberikan masukan yang bermanfaat, sebisa mungkin objektif. “Jangan yang jelek-jeleknya dikatakan, sementara bagusnya   juga harus diungkap,“ ujar Octri yang kini juga merangkap tugas di Stasiun Juanda.

Octriwansyah menjelaskan, keberadaan Komunitas KRL Mania selain memberikan masukan bagi operator (PT KAI Commuter Jabodetabek), akhirnya juga menjalin keakraban komunitas dengan pihak operator. Sesekali mereka berkumpul dalam suatu pertemuan, kadang bermain futsal bersama-sama di gedung KCJ  (Kereta Commuter Jabodetabek) di Stasiun Juanda, atau dalam kegiatan bakti sosial.
Koordinator komunitas Agus Imansyah mengatakan, pihak komunitas juga mengajak pengguna KRL untuk berdisiplin, khususnya membeli tiket. Karena itu, komunitas ini pernah membuah stiker yang kemudian ditempel di stasiun-stasiun di seluruh Jabodetabek, terutama di dekat loket. Bunyi stiker tersebut “Yang manis beli karcis, yang keren beli abonemen”.

Ada kalanya masih ada yang bermain curang, alias tidak membeli tiket. Namun, sekarang sistemnya kian bagus, dengan pengawasan kontinu, hampir tak ada penumpang KRL tanpa karcis. Lebih-lebih  dalam waktu dekat, semua stasiun akan menggunakan tiket elektrik yang kini sarananya sudah terpasang. Pintu  tidak akan terbuka jika calon penumpang tidak menggesekkan tiket di pintu masuk peron.

Agus Imansyah juga mengharapkan perhatian Pemda, di lintasan-lintasan sebidang jangan sampai terjadi kubangan air, kondisi lintasan sebidang harus aman dilalui. Pohon-pohon sepanjang jalur kereta api hendaknya dideteksi mana yang sudah tua sehingga perlu ditebang agar tidak mudah tumbang, kemudian ditanami pohon baru.


http://www.cybertokoh.com/index.php?option=com_content&task=view&id=633&Itemid=64

Tidak ada komentar:

Posting Komentar